
Beberapa waktu belakangan, saya sering menjumpai banyak kasus dimana ada orang yang ingin merakit PC gaming tapi disarankan untuk menahan keinginan mereka sembari menunggu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar untuk menguat terlebih dulu. Alasannya simpel; makin lemah nilai tukar Rupiah, maka harga komponen PC (yang semuanya impor) akan makin tinggi. Alasan yang logis bagi saya, karena harga barang impor selain dipengaruhi faktor pajak dan tetek bengeknya juga dipengaruhi nilai mata uang.
Bagi mereka yang memiliki budget tak terbatas, rasanya dampak melemahnya nilai Rupiah tidak akan menjadi batu penghalang. Namun bagi para gamer yang memiliki budget terbatas (seperti saya dan banyak gamer lain), tentu hal ini menjadi faktor pertimbangan. Sudah dana terbatas, harga naik, makin terbatas saja pilihan komponen yang terjangkau oleh kantong.
Tapi kebanyakan orang tidak tahu (atau tahu tapi tidak mau ambil resiko), ada cara lainuntuk merakit PC gaming; lewat pasar bekas!
Harus diakui, membangun sebuah PC gaming menggunakan komponen bekas memang cukup beresiko, diantaranya:
- Sulitnya mencari barang
Benar, mencari komponen PC bekas (apalagi yang current-gen seperti processor Intel generasi Haswell atau GPU Nvidia generasi Maxwell) bisa dibilang cukup sulit. Apalagi kalau mau mencari komponen PC bekas yang satu atau dua generasi dibelakang (seperti processor AMD Phenom II) bisa dibilang tidak banyak barangnya. Diperlukan kesabaran tinggi jika ingin mencari komponen PC bekas (apalagi kalau ingin mencari yang masih bergaransi dan harga yang benar-benar miring)
- Upgrade path yang sulit (khusus processor)
Ini masih berhubungan dengan faktor pertama. Andai kita merakit PC gaming dengan basis arsitektur terkini (seperti i3 atau Pentium berbasis Haswell/Skylake), mungkin tak sulit andai kita ingin upgrade menggunakan processor yang lebih tinggi. Tapi jika kita membangun sebuah PC gaming dengan menggunakan basis processor i3 Sandy Bridge misalnya (karena budget terbatas), tentu akan sulit mencari processor bersocket 1155. Selain tidak bisa naik kelas ke Haswell (paling mentok ke Ivy Bridge), biasanya stok barang bekasnya terbatas (apalagi i5 & i7 seri K)
- Durabilitas komponen yang dipertanyakan
Sebaik-baiknya kualitas sebuah komponen PC, mereka tetaplah barang elektronik yang mempunyai daya tahan yang berbeda-beda. Saya pernah membeli sebuah HDD yang mengalami bad sector logical dengan harga murah di tahun 2011 (sebelum banjir di Thailand yang membuat harga HDD mengalami inflasi besar-besaran) dan sampai sekarang HDD itu masih sehat dan saya pergunakan. Tapi terkadang ada juga kan barang baru yang baru keluar dari box sudah defect? Failure rate produk bekas jelas lebih tinggi dari produk baru, apalagi kalau sudah lewat masa garansi, kan?
Tapi, kalau mau telaten, membangun sebuat PC gaming dengan komponen bekas justru punya banyak manfaat, seperti;
- Spek yang jauh lebih baik
Katakanlah kita punya budget sekitar 4 jutaan untuk membangun sebuah PC gaming (CPU only) yang dapat memainkan GTA V (salah satu game populer saat ini) di resolusi 1366×768 (resolusi umum yang digunakan pengguna PC di Indonesia) di settingan medium-high di 30 FPS keatas. Berikut adalah spesifikasi minimum GTA V
OS: Windows 8.1 64 Bit, Windows 8 64 Bit, Windows 7 64 Bit Service Pack 1, Windows Vista 64 Bit Service Pack 2* (*NVIDIA video card recommended if running Vista OS)
Processor: Intel Core 2 Quad CPU Q6600 @ 2.40GHz (4 CPUs) / AMD Phenom 9850 Quad-Core Processor (4 CPUs) @ 2.5GHz
Memory: 4GB
Video Card: NVIDIA 9800 GT 1GB / AMD HD 4870 1GB (DX 10, 10.1, 11)
Sound Card: 100% DirectX 10 compatible
HDD Space: 65GB
DVD Drive
Terlihat bahwa GTA V membutuhkan paling tidak processor 4-inti (walau dengan patch terbaru GTA V kini bisa dimainkan dengan processor 2-inti tanpa hyperthreading seperti di artikel ini, dengan beberapa konsekuensi) dan sebuah GPU sekelas HD 4870 untuk dapat bermain dengan nyaman di settingan low.
Dengan budget 4.5 juta, kira-kira jika ingin dialokasikan untuk membangun sebuah PC gaming dengan syarat sudah quad-core, maka kira-kira hasilnya seperti ini
AMD Phenom II X4 9** + motherboard (seken) (harga pasaran 1 jutaan)RAM 8GB DDR3 1 keping (baru)(harga 600 ribuan)VGA 1.5 jutaan (seken) (bisa dapat Nvidia GTX 650 Ti Boost atau AMD HD 7850)HDD 1 TB (baru) (sekitar 600 ribuan)PSU 500W pure power 80+ (baru) (sekitar 600 ribuan)Casing ATX (baru) (200 ribuan)*harga mengacu dari beberapa situs jual-beli online dan toko komputer, harga bisa berbeda-beda
Katakanlah anda membeli semua barang ini via daring, mungkin jika ditambah ongkir untuk semua barang harganya bisa sekitar 4.6-4.7 jutaan. Tapi coba bandingkan kalau kamu merakit PC gaming dengan budget tadi menggunakan 100% komponen baru. Saya kurang yakin anda bisa membuat PC dengan processor quad-core atau GPU yang bisa menghandle GTA V di resolusi tersebut dengan settingan medium-high di 30 FPS (kalau ada, silakan beri masukan ya di kolom komentar, siapa tahu bisa membantu teman-teman yang lain :D).
- Depresiasi harga berari membuat kamu bisa mendapatkan komponen kelas atas dengan harga lebih terjangkau!
Saya ambil satu contoh saja, yaitu di VGA. Saat Nvidia GTX 680 rilis di 2012, harganya bisa dibilang cukup tinggi, sekitar $499 (sekitar 4.7 juta dengan kurs Rupiah saat itu yang berkisar di angka Rp 9500). 3 tahun berlalu dan kini kamu bisa mendapat kan sebuah GTX 680 di pasar bekas dengan harga 2.6-2.8 jutaan saja. Dengan uang yang sama, mungkin kamu hanya bisa membeli GTX 950/R9 270X (atau sebuah GTX 960 kalau kamu jago menawar) yang performanya masih dibawah GTX 680.
- Harga yang jauh lebih stabil
Karena tidak terpengaruh dengan biaya impor ataupun nilai tukar mata uang asing, biasanya harga komponen bekas jarang mengalami fluktuasi. Satu-satunya faktor yang mempengaruhi harga komponen bekas ya faktor ‘supply and demand’. Itulah kenapa harga pasaran processor Intel Core i7 2600K masih tinggi. Banyak yang mencari processor ini karena faktor performanya yang bahkan tidak terlalu jauh dengan processor Skylake jika memainkan game-game GPU bound seperti . Yang artinya bahkan processor Sandy Bridge pun masih bisa menghandle sebuah Titan X (seperti di test bench artikel barusan).
Well, mungkin setelah kamu membaca artikel ini, kamu mulai mempertimbangkan untuk merakit PC gaming menggunakan komponen bekas. Berikut adalah tips-tips yang bisa dipertimbangkan:
- Walau komponen bekas jauh lebih murah, tetapi alangkah baiknya kamu membeli HDD dan PSU dalam keadaan baru. Kamu tentu gak mau kehilangan data kamu atau kehilangan komponen PC kamu karena PSU kamu rusak.
- RAM (khusus DDR3) juga lebih baik beli baru. Harga RAM DDR3 bisa dibilang cukup turun karena pasokannya kini melimpah. Walau rata-rata RAM memiliki garansi seumur hidup, tapi saya tetap merekomendasikan kamu untuk membeli RAM baru.
- Mintalah garansi personal kepada penjual, jika barang yang kamu beli garansi pabriknya sudah habis (jika si penjual mau). Bukannya berprasangka terhadap penjual, tapi seperti yang saya katakan diatas, kita tidak pernah tahu jika sewaktu-waktu barang yang baru kamu beli tiba-tiba rusak. Kalau si penjual mau, mintalah garansi personal selama 3 hari – 1 minggu kepadanya. Ini lebih baik ketimbang kamu harus repot mengurusi servis barang yang kamu beli.
- Jika si penjual masih satu kota denganmu, kamu mungkin bisa mencoba barangnya lebih dulu. Kalau si penjual menawarkan untuk mengetes barangnya terlebih dulu dirumahnya sebelum deal dan kebetulan lokasimu masih cukup dekat dengan si penjual, jangan sia-siakan kesempatan ini. Selain kamu bisa memastikan bahwa barang yang kamu beli berkondisi baik, kamu juga bisa bersilaturahmi dengan si penjual kan? Siapa tahu kamu dan si penjual bisa jadi teman akrab setelahnya.
Bagaimana? Apa kamu masih menunggu nilai Rupiah menguat untuk membangun PC gaming? Atau kamu malah makin gak sabar untuk segera berburu komponen PC bekas di situs jual-beli favoritmu? Sila tinggalkan kritik, saran atau pertanyaan di kolom komentar ya!
[header via vrworld]
[Repost: Techinasia]
0 komentar :